Penyakit Skabies yang Sering Disebut Kudisan

penyakit skabies

Kalau kita ngobrolin soal masalah kulit yang bikin gatal luar biasa, penyakit skabies pasti sering jadi bahan pembicaraan. Skabies dikenal juga dengan sebutan kudis atau gudikan. Penyakit ini disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei yang masuk ke dalam lapisan kulit. Meskipun terlihat sepele, skabies bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari karena rasa gatalnya tidak tertahankan terutama di malam hari.

Apa Itu Penyakit Skabies

Penyakit skabies adalah infeksi kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau. Tungau ini menggali lapisan kulit dan bertelur, sehingga menimbulkan rasa gatal dan ruam khas. Skabies bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Penyakit ini sering menular di lingkungan padat penduduk seperti pesantren, asrama, atau panti karena kontak fisik yang intens.

Penyebab Penyakit Skabies

Penyebab utama penyakit skabies adalah tungau Sarcoptes scabiei. Tungau ini ukurannya sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mereka hidup dengan menggali terowongan kecil di kulit dan bertelur di sana. Reaksi tubuh terhadap tungau, telurnya, dan kotorannya itulah yang menimbulkan rasa gatal hebat.

Baca Juga: Penyakit Liver dan Pentingnya Menjaga Kesehatan Hati

Gejala Penyakit Skabies

Gejala penyakit skabies biasanya mulai terasa beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum adalah rasa gatal parah terutama di malam hari, ruam merah kecil, dan adanya garis tipis berliku di kulit akibat terowongan tungau.

Gejala Awal

Pada tahap awal, penyakit skabies sering ditandai dengan rasa gatal ringan yang semakin lama makin hebat. Kulit bisa mulai tampak kemerahan dengan bintik kecil mirip jerawat. Gatal biasanya semakin parah setelah penderita beraktivitas atau ketika malam tiba.

Gejala Lanjutan

Kalau tidak segera diobati, penyakit skabies bisa menimbulkan luka karena garukan berulang. Luka ini bisa terinfeksi bakteri sehingga menimbulkan nanah atau kerak. Area tubuh yang paling sering terkena adalah sela jari, pergelangan tangan, ketiak, pinggang, bokong, dan area genital.

Baca Juga: Penyakit Ginjal dan Pentingnya Menjaga Kesehatan Tubuh

Cara Penularan Penyakit Skabies

Penyakit skabies sangat mudah menular melalui kontak kulit langsung dengan penderita. Penularan juga bisa terjadi lewat pakaian, handuk, atau sprei yang sudah terkontaminasi tungau. Karena itu, skabies sering menyebar dengan cepat di tempat tinggal bersama. Semua anggota keluarga biasanya perlu diperiksa dan diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan berulang.

Baca Juga: Mengenal Khasiat Kangkung Sehat

Komplikasi Penyakit Skabies

Kalau dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit skabies bisa menimbulkan komplikasi. Infeksi kulit sekunder akibat garukan berlebihan adalah yang paling sering terjadi. Pada kasus parah, bisa timbul skabies krustosa atau Norwegian scabies, yaitu bentuk skabies yang ditandai dengan kerak tebal di kulit karena jumlah tungau sangat banyak. Kondisi ini lebih sering menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Baca Juga: Pentingnya Istirahat untuk Kesehatan dan Produktivitas

Cara Diagnosis Penyakit Skabies

Untuk memastikan seseorang terkena penyakit skabies, dokter biasanya memeriksa kulit secara langsung. Pola ruam, gatal khas di malam hari, dan riwayat kontak erat dengan penderita sering cukup untuk menegakkan diagnosis. Pada beberapa kasus, dokter bisa mengambil sampel kulit untuk diperiksa di bawah mikroskop guna menemukan tungau atau telurnya.

Cara Pengobatan Penyakit Skabies

Penyakit skabies bisa diobati dengan obat topikal maupun obat oral. Obat utama yang sering dipakai adalah krim atau losion yang mengandung permetrin, benzil benzoat, atau sulfur. Obat ini dioleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah, lalu didiamkan selama beberapa jam sebelum dibilas.

Obat Medis

Pada kasus penyakit skabies yang berat, dokter bisa meresepkan obat minum seperti ivermectin. Obat ini membantu membunuh tungau dari dalam tubuh. Selain itu, antihistamin bisa diberikan untuk mengurangi rasa gatal dan membuat penderita bisa tidur lebih nyenyak.

Perawatan di Rumah

Selain obat, penderita penyakit skabies juga perlu melakukan perawatan di rumah. Semua pakaian, seprai, dan handuk harus dicuci dengan air panas dan dijemur di bawah sinar matahari. Barang-barang yang tidak bisa dicuci bisa disimpan dalam plastik tertutup selama beberapa hari agar tungau mati. Menghindari garukan berlebihan juga penting agar kulit tidak semakin rusak.

Pencegahan Penyakit Skabies

Mencegah lebih baik daripada mengobati, termasuk untuk penyakit skabies. Pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Mandi secara rutin, mengganti pakaian bersih setiap hari, serta mencuci sprei dan selimut secara teratur sangat membantu.

Hindari Kontak Langsung

Karena penyakit skabies menular lewat kontak fisik, hindari berbagi pakaian, handuk, atau tempat tidur dengan penderita. Jika ada anggota keluarga yang terkena, semua orang serumah sebaiknya ikut mendapat pengobatan meskipun belum menunjukkan gejala.

Edukasi Masyarakat

Edukasi tentang penyakit skabies juga penting, terutama di lingkungan padat penduduk. Pengetahuan tentang cara penularan, gejala, dan pencegahan bisa membantu mengurangi penyebaran penyakit ini. Dengan begitu, orang tidak lagi menganggap kudis hanya masalah sepele.

Penyakit Skabies di Indonesia

Di Indonesia, penyakit skabies masih sering ditemukan terutama di daerah dengan kebersihan rendah dan hunian padat. Pondok pesantren, asrama, dan panti asuhan sering menjadi lokasi dengan kasus skabies tinggi. Meski tidak mengancam nyawa, penyakit ini bisa menurunkan kualitas hidup karena gatal yang tidak tertahankan dan risiko infeksi kulit.

Kasus pada Anak

Sebagian besar penderita penyakit skabies di Indonesia adalah anak-anak dan remaja. Mereka lebih rentan karena sering melakukan kontak fisik saat bermain atau tidur bersama. Anak yang terkena skabies biasanya sulit tidur karena gatal, sehingga berpengaruh pada konsentrasi belajar.

Kasus pada Orang Dewasa

Orang dewasa juga bisa terkena penyakit skabies, terutama mereka yang tinggal di tempat kerja dengan fasilitas terbatas atau mereka yang tidak menjaga kebersihan pribadi. Pada orang dewasa, skabies sering menimbulkan rasa malu karena stigma sosial, padahal sebenarnya penyakit ini bisa diobati dengan mudah.

Edukasi Tentang Penyakit Skabies

Masyarakat perlu mendapat informasi jelas tentang penyakit skabies agar tidak menyepelekannya. Banyak orang yang mengira skabies disebabkan oleh kutu atau kurangnya mandi, padahal penyebabnya tungau khusus yang masuk ke dalam kulit. Dengan edukasi yang tepat, stigma terhadap penderita bisa berkurang dan pengobatan bisa lebih cepat dilakukan.

Peran Keluarga

Keluarga punya peran penting dalam mengatasi penyakit skabies. Jika ada anggota keluarga yang terinfeksi, mereka harus mendukung proses pengobatan dengan menjaga kebersihan rumah, mencuci pakaian dengan benar, dan memastikan semua orang ikut perawatan untuk mencegah penularan ulang.

Peran Sekolah dan Lingkungan

Sekolah juga bisa membantu mengurangi penyebaran penyakit skabies dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Anak-anak bisa diajarkan pentingnya menjaga kebersihan diri, mencuci tangan, dan tidak berbagi barang pribadi. Lingkungan masyarakat yang sadar kesehatan juga akan lebih cepat merespons jika ada kasus skabies di sekitar mereka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *