Penyakit Difteri yang Masih Jadi Ancaman Serius

penyakit difteri

Kalau kita ngobrolin soal penyakit menular yang berbahaya, penyakit difteri termasuk salah satu yang harus diwaspadai. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang tenggorokan dan saluran pernapasan bagian atas. Difteri bisa sangat berbahaya karena menghasilkan racun yang dapat merusak jaringan tubuh dan bahkan mengancam nyawa jika tidak ditangani cepat.

Apa Itu Penyakit Difteri

Penyakit difteri adalah infeksi bakteri serius yang bisa menyebabkan selaput tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel. Selaput ini dapat membuat penderita sulit bernapas, sulit menelan, bahkan bisa menimbulkan kematian. Difteri bisa menyerang siapa saja, terutama anak-anak dan orang dewasa yang belum mendapat imunisasi lengkap.

Baca Juga: Penyakit Liver dan Pentingnya Menjaga Kesehatan Hati

Penyebab Penyakit Difteri

Penyebab utama penyakit difteri adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini menyebar melalui udara ketika penderita batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi lewat kontak langsung dengan luka pada kulit penderita atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi bakteri. Racun yang dihasilkan bakteri ini bisa menyebar ke jantung, saraf, dan ginjal sehingga menimbulkan komplikasi serius.

Baca Juga: Penyakit Paru dan Cara Menjaga Kesehatan Pernapasan

Gejala Penyakit Difteri

Gejala penyakit difteri biasanya muncul dua sampai lima hari setelah terinfeksi. Pada awalnya penderita akan merasakan sakit tenggorokan, demam, dan pembengkakan kelenjar di leher. Setelah itu, selaput tebal abu-abu khas difteri mulai terbentuk di tenggorokan.

Gejala Awal

Penderita penyakit difteri sering mengeluhkan sakit tenggorokan, suara serak, batuk ringan, dan rasa tidak enak badan. Demam ringan juga sering muncul. Gejala awal ini sering disalahartikan sebagai radang tenggorokan biasa, padahal bisa berkembang menjadi lebih parah.

Gejala Lanjutan

Dalam kondisi lebih serius, penyakit difteri bisa menyebabkan kesulitan bernapas, detak jantung tidak teratur, hingga kelumpuhan otot. Leher penderita juga bisa membengkak besar sehingga terlihat seperti leher sapi, kondisi ini dikenal sebagai bull neck.

Baca Juga: Mengenal Pentingnya Lemak Sehat

Cara Penularan Penyakit Difteri

Penyakit difteri menular sangat cepat dari satu orang ke orang lain. Bakteri menyebar lewat percikan air liur, kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi, atau menyentuh benda yang sudah terkontaminasi. Orang yang tinggal serumah dengan penderita sangat berisiko tertular jika tidak mendapat vaksin atau tidak menjaga kebersihan.

Baca Juga: Manfaat Konsumsi Buah Strawberry untuk Tubuh Sehat

Komplikasi Penyakit Difteri

Kalau tidak ditangani dengan cepat, penyakit difteri bisa menimbulkan komplikasi berbahaya. Racun yang dihasilkan bakteri bisa menyerang jantung dan menyebabkan miokarditis. Sistem saraf juga bisa terdampak hingga menyebabkan kelumpuhan. Pada kasus tertentu, racun bisa merusak ginjal dan berujung pada gagal organ. Inilah yang membuat difteri dianggap sebagai penyakit mematikan jika tidak segera ditangani.

Cara Diagnosis Penyakit Difteri

Untuk memastikan seseorang terkena penyakit difteri, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat selaput abu-abu di tenggorokan. Tes laboratorium dengan mengambil sampel lendir dari tenggorokan juga dilakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri Corynebacterium diphtheriae. Diagnosis yang cepat sangat penting supaya pasien bisa segera mendapat pengobatan.

Cara Pengobatan Penyakit Difteri

Penyakit difteri adalah kondisi darurat medis yang harus segera mendapat perawatan. Pengobatan utama terdiri dari pemberian antitoksin untuk menetralkan racun bakteri dan antibiotik untuk membunuh bakteri penyebabnya.

Perawatan Medis

Penderita penyakit difteri biasanya dirawat di rumah sakit dengan isolasi ketat untuk mencegah penularan. Antitoksin diberikan melalui suntikan agar racun tidak menyebar lebih jauh. Antibiotik seperti penisilin atau eritromisin digunakan untuk menghilangkan bakteri.

Perawatan Pendukung

Selain obat utama, penderita penyakit difteri juga perlu mendapat perawatan pendukung seperti cairan infus, obat pereda demam, dan pemantauan ketat terhadap kondisi jantung serta pernapasan. Pada kasus parah, pasien mungkin membutuhkan alat bantu pernapasan agar jalan napas tetap terbuka.

Pencegahan Penyakit Difteri

Pencegahan adalah langkah terbaik untuk melawan penyakit difteri. Cara paling efektif adalah dengan imunisasi. Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) diberikan sejak bayi untuk melindungi dari penyakit ini. Vaksinasi lanjutan atau booster juga sangat penting agar kekebalan tubuh tetap terjaga.

Vaksin Difteri

Imunisasi penyakit difteri biasanya diberikan pada bayi dalam beberapa tahap. Setelah itu, anak-anak perlu mendapat vaksin lanjutan pada usia sekolah. Orang dewasa juga disarankan mendapat booster tiap 10 tahun sekali. Vaksin ini terbukti sangat efektif menurunkan angka kasus difteri di banyak negara.

Menjaga Kebersihan

Selain vaksin, menjaga kebersihan diri juga penting untuk mencegah penyakit difteri. Menutup mulut saat batuk, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kontak langsung dengan penderita bisa membantu mengurangi risiko penularan.

Penyakit Difteri di Indonesia

Di Indonesia, penyakit difteri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Meski angka kasusnya sudah menurun berkat program imunisasi, beberapa tahun terakhir masih ada laporan kejadian luar biasa difteri di beberapa daerah. Hal ini sering terjadi karena rendahnya cakupan vaksinasi di wilayah tertentu.

Kasus Difteri pada Anak

Sebagian besar kasus penyakit difteri di Indonesia terjadi pada anak-anak yang belum mendapat imunisasi lengkap. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya vaksinasi sebagai perlindungan utama. Pemerintah gencar melakukan imunisasi massal di sekolah dan posyandu untuk menekan penyebaran penyakit ini.

Upaya Pemerintah

Pemerintah Indonesia terus menggalakkan kampanye imunisasi difteri. Program ORI (Outbreak Response Immunization) dilaksanakan di daerah yang mengalami KLB difteri untuk memastikan anak-anak dan orang dewasa mendapat vaksin tambahan. Dengan cara ini, diharapkan penyebaran penyakit difteri bisa dikendalikan.

Edukasi Tentang Penyakit Difteri

Masyarakat perlu mendapat edukasi soal penyakit difteri agar tidak meremehkannya. Dengan pengetahuan yang cukup, orang bisa mengenali gejala awal, segera mencari bantuan medis, dan memahami pentingnya vaksinasi. Edukasi juga membantu mencegah hoaks yang sering menimbulkan keraguan terhadap imunisasi.

Peran Sekolah

Sekolah bisa jadi tempat penting dalam menyebarkan informasi tentang penyakit difteri. Anak-anak bisa diajarkan tentang pentingnya menjaga kebersihan, menutup mulut saat batuk, dan mengikuti program imunisasi.

Peran Media

Media massa dan media sosial juga punya peran besar dalam menyampaikan informasi tentang penyakit difteri. Kampanye kesehatan yang tepat bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *