Mengenal Penyakit Disentri dan Cara Mengatasinya dengan Tepat

disentri

Apa Itu Disentri

Pernah dengar istilah disentri? Banyak orang menganggapnya sama seperti diare biasa, padahal keduanya berbeda. Disentri adalah infeksi pada usus besar yang menyebabkan peradangan dan sering kali disertai buang air besar dengan lendir atau darah. Kondisi ini bisa membuat tubuh lemas karena kehilangan banyak cairan. Bedanya dengan diare, disentri biasanya menimbulkan rasa nyeri hebat di perut dan buang air besar yang lebih sering tapi dalam jumlah kecil. Penyakit ini umum terjadi di daerah dengan sanitasi buruk atau kebersihan makanan yang kurang terjaga.

Penyebab Utama Disentri

Ada dua jenis utama disentri yang dibedakan berdasarkan penyebabnya. Pertama adalah disentri basiler atau disentri shigellosis yang disebabkan oleh bakteri Shigella. Jenis ini sering menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi kotoran manusia. Kedua adalah disentri amuba atau amebiasis, yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica. Parasit ini hidup di usus manusia dan bisa menimbulkan luka di dinding usus. Penyebarannya biasanya terjadi karena kebersihan tangan yang kurang, konsumsi air tidak matang, atau makanan yang diolah tanpa standar higienis. Itulah kenapa menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah disentri.

Baca Juga: Mengenal Penyakit PCOS dan Dampaknya bagi Kesehatan Wanita

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Gejala disentri bisa berbeda tergantung pada penyebabnya, tapi secara umum ditandai dengan buang air besar yang mengandung darah atau lendir. Penderitanya juga sering mengalami kram perut, demam, mual, dan muntah. Kadang disertai dengan rasa ingin buang air besar terus-menerus meski perut sudah kosong. Pada kasus disentri amuba, gejalanya bisa lebih ringan di awal tapi bisa berkembang menjadi infeksi berat jika tidak segera diobati. Kalau kamu mengalami disentri selama beberapa hari dan mulai merasa sangat lemas atau dehidrasi, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Baca Juga: Penyakit Kusta yang Masih Jadi Masalah Kesehatan

Perbedaan Disentri dan Diare

Sekilas, disentri memang mirip dengan diare karena sama-sama melibatkan buang air besar yang cair. Tapi ada perbedaan yang cukup jelas antara keduanya. Pada diare, feses biasanya hanya encer tanpa darah atau lendir. Sedangkan pada disentri, tinja sering kali bercampur darah akibat luka pada dinding usus. Selain itu, penderita disentri juga merasakan nyeri hebat di perut bagian bawah dan demam tinggi. Penyebabnya pun berbeda. Diare umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan disentri lebih sering karena infeksi bakteri atau parasit. Jadi, meskipun terlihat mirip, cara penanganannya tidak bisa disamakan.

Baca Juga: Penyakit Polio yang Masih Jadi Ancaman Kesehatan

Cara Penularan Disentri

Disentri termasuk penyakit yang sangat mudah menular, terutama di lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Penularan bisa terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi kotoran penderita. Misalnya, seseorang yang tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar lalu menyentuh makanan, maka bakteri atau parasit bisa berpindah ke orang lain yang mengonsumsinya. Lalat yang hinggap di makanan juga bisa menjadi perantara penyebaran penyakit ini. Anak-anak lebih rentan terkena disentri karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sekuat orang dewasa dan kebiasaan menjaga kebersihan belum terbentuk dengan baik.

Baca Juga: Mengenal Pentingnya Pencernaan Sehat

Dampak Disentri terhadap Tubuh

Jika tidak segera diobati, disentri bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius. Kehilangan cairan akibat buang air besar terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi berat, terutama pada anak-anak dan orang tua. Selain itu, infeksi bakteri atau parasit yang dibiarkan bisa menyebar ke organ lain dan menyebabkan gangguan hati, abses, atau infeksi kronis di usus besar. Penderita disentri juga sering kehilangan nafsu makan sehingga tubuh menjadi lemah dan kekurangan nutrisi. Karena itu, pengobatan dan asupan cairan sangat penting untuk mencegah komplikasi yang berbahaya.

Cara Mengobati Disentri

Penanganan disentri tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Untuk disentri ringan, mengganti cairan tubuh yang hilang dengan minum air putih atau larutan oralit bisa membantu mencegah dehidrasi. Jika penyebabnya adalah bakteri Shigella, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk membunuh bakteri tersebut. Sementara untuk disentri yang disebabkan oleh amuba, pengobatannya menggunakan obat antiparasit seperti metronidazole. Selain obat, penting juga menjaga pola makan agar sistem pencernaan tidak semakin terganggu. Hindari makanan pedas, asam, atau berlemak selama masa pemulihan dari disentri.

Makanan yang Aman untuk Penderita Disentri

Selama mengalami disentri, tubuh membutuhkan makanan yang lembut dan mudah dicerna agar tidak memperberat kerja usus. Bubur, pisang, kentang rebus, dan nasi putih adalah pilihan yang baik karena tidak merangsang produksi asam lambung. Hindari makanan berserat tinggi seperti sayuran mentah atau buah asam karena bisa memperparah iritasi usus. Minum air putih dalam jumlah cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Hindari minuman bersoda, kopi, dan susu karena bisa memperburuk gejala. Dengan menjaga asupan makanan, proses penyembuhan disentri bisa berjalan lebih cepat dan tubuh cepat pulih.

Pencegahan Disentri di Kehidupan Sehari-hari

Mencegah disentri sebenarnya cukup sederhana, asal kamu disiplin menjaga kebersihan. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah dari toilet adalah langkah dasar yang paling penting. Pastikan makanan yang dikonsumsi matang sempurna dan air yang diminum sudah direbus. Hindari jajan di tempat yang tidak higienis atau menggunakan alat makan bersama orang lain. Jika bepergian ke daerah dengan sanitasi buruk, bawalah air minum sendiri untuk menghindari kontaminasi. Selain itu, ajarkan anak-anak tentang pentingnya mencuci tangan agar mereka terhindar dari risiko disentri sejak dini.

Tips Agar Cepat Pulih dari Disentri

Agar cepat sembuh dari disentri, istirahat yang cukup dan asupan cairan yang memadai sangat dibutuhkan. Jangan memaksakan diri beraktivitas berat karena tubuh sedang fokus melawan infeksi. Konsumsi makanan bergizi dan hindari makanan berminyak atau pedas. Jika dokter memberikan obat, pastikan untuk menghabiskan sesuai resep agar infeksi tidak kambuh. Setelah sembuh, jaga pola makan sehat dan kebersihan agar usus tetap kuat. Dengan perawatan yang konsisten dan gaya hidup bersih, risiko disentri bisa ditekan dan tubuh tetap sehat setiap hari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *