Mengenal Penyakit Anemia dan Dampaknya bagi Tubuh

penyakit anemia

Apa Itu Penyakit Anemia

Pernah merasa tubuh cepat lelah, kepala sering pusing, atau wajah terlihat pucat? Bisa jadi itu tanda kamu mengalami penyakit anemia. Secara sederhana, anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah atau kadar hemoglobin terlalu rendah. Padahal, hemoglobin berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Jadi kalau jumlahnya berkurang, tubuh otomatis kekurangan suplai oksigen dan akhirnya mudah lelah.

Penyakit anemia bisa dialami siapa saja, baik pria maupun wanita, tua atau muda. Namun, wanita usia produktif, ibu hamil, dan anak-anak termasuk kelompok yang paling rentan. Kondisi ini bukan sekadar “kurang darah” biasa, karena dalam jangka panjang bisa mengganggu fungsi organ tubuh dan menurunkan kualitas hidup.

Yang sering disalahpahami adalah, banyak orang mengira penyakit anemia cuma soal kurang makan atau kurang istirahat. Padahal penyebabnya bisa beragam, mulai dari kekurangan zat gizi, gangguan penyerapan nutrisi, hingga penyakit kronis yang memengaruhi produksi darah.

Baca Juga: Penyakit Kolesterol dan Pentingnya Menjaga Pola Hidup Sehat

Bagaimana Penyakit Anemia Terjadi

Untuk memahami penyakit anemia, kita perlu tahu dulu bagaimana tubuh memproduksi darah. Di dalam sumsum tulang, tubuh membentuk sel darah merah dengan bantuan zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Ketiga zat inilah yang menjadi bahan bakar utama untuk pembentukan hemoglobin.

Ketika asupan zat gizi tersebut kurang, produksi sel darah merah menurun. Akibatnya, kadar hemoglobin ikut turun dan muncullah penyakit anemia. Selain karena kekurangan nutrisi, anemia juga bisa disebabkan oleh kehilangan darah berlebih, misalnya karena menstruasi berat, luka, atau operasi.

Ada pula penyakit anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah. Dalam kondisi normal, sel darah merah bertahan sekitar 120 hari sebelum diganti yang baru. Namun pada anemia hemolitik, misalnya, sel darah merah hancur lebih cepat dari biasanya, sehingga tubuh tidak sempat menggantinya.

Baca Juga: Penyakit Jantung dan Pentingnya Menjaga Kesehatan

Jenis-Jenis Penyakit Anemia

Anemia Defisiensi Besi

Jenis penyakit anemia yang paling umum adalah anemia defisiensi besi. Seperti namanya, kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan zat besi yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, sel darah merah tidak bisa membawa oksigen secara optimal.

Anemia jenis ini sering dialami wanita karena kehilangan darah saat menstruasi, ibu hamil yang kebutuhan nutrisinya meningkat, atau orang yang jarang mengonsumsi makanan sumber zat besi seperti daging merah dan sayuran hijau.

Penderita penyakit anemia defisiensi besi biasanya tampak pucat, cepat capek, dan sering merasa sesak saat beraktivitas ringan. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa memengaruhi daya konsentrasi dan produktivitas.

Anemia Pernisiosa atau Defisiensi Vitamin B12

Jenis lain dari penyakit anemia adalah anemia pernisiosa, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Vitamin ini dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Tanpa asupan yang cukup, produksi sel darah merah berkurang dan bentuknya bisa tidak normal.

Orang yang menjalani diet vegan tanpa suplementasi vitamin B12 berisiko tinggi mengalami anemia jenis ini karena vitamin tersebut umumnya terdapat pada produk hewani seperti daging, ikan, dan telur.

Selain gejala umum seperti lemas dan pucat, penyakit anemia pernisiosa juga bisa menyebabkan gangguan saraf, misalnya kesemutan, kesulitan berjalan, dan gangguan daya ingat.

Anemia Aplastik dan Hemolitik

Selain karena kekurangan zat gizi, penyakit anemia juga bisa disebabkan oleh gangguan pada sumsum tulang. Anemia aplastik terjadi ketika sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah, putih, dan trombosit dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini bisa dipicu oleh paparan radiasi, infeksi virus, atau reaksi terhadap obat tertentu.

Ada juga anemia hemolitik, di mana sel darah merah rusak lebih cepat dari yang seharusnya. Tubuh tidak sempat mengganti sel yang hilang, sehingga terjadi kekurangan darah kronis. Anemia jenis ini bisa bersifat bawaan atau akibat penyakit autoimun.

Kedua jenis penyakit anemia ini termasuk yang cukup serius dan biasanya memerlukan penanganan medis jangka panjang.

Baca Juga: Mengenal Pentingnya Pencernaan Sehat

Gejala-Gejala Penyakit Anemia

Tubuh Mudah Lelah dan Lemah

Gejala paling umum dari penyakit anemia adalah tubuh mudah lelah. Karena kadar hemoglobin rendah, suplai oksigen ke otot dan jaringan tubuh ikut berkurang. Akibatnya, penderita cepat merasa lemas meskipun tidak banyak beraktivitas.

Selain itu, penderita penyakit anemia juga sering mengeluh kepala pusing, konsentrasi menurun, dan sulit fokus. Gejala ini muncul karena otak juga kekurangan oksigen yang dibutuhkan untuk bekerja optimal.

Wajah Pucat dan Detak Jantung Cepat

Salah satu ciri khas penyakit anemia adalah kulit dan bibir tampak lebih pucat dari biasanya. Warna pucat ini bisa dilihat jelas di bagian bawah kelopak mata. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya sel darah merah yang memberi warna merah alami pada kulit.

Tubuh juga berusaha mengompensasi kekurangan oksigen dengan meningkatkan detak jantung. Itulah kenapa penderita penyakit anemia sering merasa jantungnya berdebar atau berdetak cepat, terutama setelah naik tangga atau berjalan jauh.

Sesak Napas dan Tangan Dingin

Gejala lain yang sering muncul pada penyakit anemia adalah sesak napas, terutama saat beraktivitas. Karena kadar oksigen rendah, paru-paru bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Beberapa orang bahkan merasa sesak saat berbaring.

Selain itu, tangan dan kaki sering terasa dingin. Ini karena aliran darah ke bagian tubuh paling ujung berkurang akibat kurangnya sel darah merah yang sehat. Dalam kasus tertentu, penderita penyakit anemia juga mengalami kuku rapuh atau rambut mudah rontok.

Baca Juga: Menjaga Keseimbangan dengan Stres Rumah Sehat

Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Anemia

Pola Makan Tidak Seimbang

Penyebab paling umum penyakit anemia adalah pola makan yang kurang gizi. Kurangnya konsumsi makanan sumber zat besi, folat, dan vitamin B12 bisa mengganggu proses pembentukan sel darah merah. Orang yang jarang makan sayur hijau, daging, dan kacang-kacangan lebih berisiko mengalami anemia.

Selain itu, minum teh atau kopi berlebihan juga bisa menghambat penyerapan zat besi dari makanan. Jadi bagi penderita penyakit anemia, sebaiknya hindari minum teh atau kopi segera setelah makan.

Kehilangan Darah dan Penyakit Kronis

Kehilangan darah dalam jumlah besar juga bisa menyebabkan penyakit anemia. Misalnya akibat menstruasi berat, operasi, atau luka dalam seperti tukak lambung. Pada orang dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal, produksi hormon eritropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah juga berkurang, sehingga anemia lebih mudah terjadi.

Beberapa penyakit autoimun seperti lupus juga dapat merusak sel darah merah secara langsung dan memicu penyakit anemia hemolitik.

Kondisi Khusus seperti Kehamilan

Ibu hamil termasuk kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit anemia. Selama kehamilan, tubuh memerlukan lebih banyak zat besi untuk mendukung pertumbuhan janin dan pembentukan plasenta. Kalau asupan zat besi tidak cukup, ibu hamil bisa mengalami anemia yang berdampak pada kesehatan dirinya dan bayi.

Selain itu, orang yang baru saja menjalani operasi besar atau mengalami infeksi kronis juga berisiko tinggi mengalami penyakit anemia karena tubuh membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi untuk pemulihan.

Cara Mendiagnosis Penyakit Anemia

Pemeriksaan Darah

Untuk memastikan seseorang menderita penyakit anemia, dokter biasanya melakukan pemeriksaan darah lengkap atau Complete Blood Count (CBC). Tes ini mengukur kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, serta ukuran dan bentuknya.

Jika hasilnya menunjukkan kadar hemoglobin di bawah batas normal, dokter akan menilai jenis anemia yang dialami. Kadang diperlukan tes tambahan untuk memeriksa kadar zat besi, vitamin B12, dan folat dalam darah agar penyebab penyakit anemia bisa diketahui dengan pasti.

Tes Tambahan

Selain tes darah, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan sumsum tulang untuk melihat apakah produksi sel darah merah berjalan normal. Pada beberapa kasus, terutama untuk anemia hemolitik atau aplastik, pemeriksaan ini sangat membantu menentukan pengobatan yang tepat.

Tes tinja juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya perdarahan dalam sistem pencernaan yang bisa menjadi penyebab penyakit anemia kronis.

Pengobatan dan Penanganan Penyakit Anemia

Suplemen dan Perubahan Pola Makan

Pengobatan penyakit anemia bergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan oleh kekurangan zat besi atau vitamin, dokter biasanya akan meresepkan suplemen zat besi, vitamin B12, atau asam folat. Selain itu, pola makan juga harus diperbaiki dengan memperbanyak makanan kaya zat besi seperti hati ayam, bayam, daging merah, kacang-kacangan, dan telur.

Agar penyerapan zat besi lebih maksimal, disarankan untuk mengonsumsi makanan sumber vitamin C seperti jeruk atau tomat bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi.

Transfusi Darah dan Terapi Medis

Pada penyakit anemia yang lebih berat, seperti anemia aplastik atau hemolitik, transfusi darah bisa menjadi solusi sementara untuk meningkatkan kadar hemoglobin dengan cepat. Dalam kasus tertentu, pasien mungkin membutuhkan suntikan hormon eritropoietin untuk merangsang sumsum tulang memproduksi lebih banyak sel darah merah.

Bagi penderita penyakit anemia akibat penyakit kronis, pengobatan harus difokuskan pada kondisi dasarnya. Misalnya, penderita gagal ginjal perlu menjalani terapi rutin untuk menjaga keseimbangan produksi darah.

Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Anemia

Selain pengobatan medis, menjaga gaya hidup sehat juga penting untuk mencegah penyakit anemia kambuh. Tidur cukup, menghindari stres, dan berolahraga ringan bisa membantu memperbaiki sirkulasi darah dan meningkatkan energi tubuh.

Hindari kebiasaan merokok karena zat beracun dalam rokok bisa mengurangi kemampuan darah membawa oksigen. Minum air putih yang cukup juga membantu menjaga aliran darah tetap lancar. Dengan pola hidup yang seimbang, tubuh bisa lebih mudah memproduksi darah sehat dan menghindari kekambuhan penyakit anemia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *