Mengenal Gagal Jantung dan Penyebabnya yang Sering Diabaikan

Ketika mendengar istilah gagal jantung, banyak orang langsung membayangkan jantung yang berhenti berdetak. Padahal sebenarnya, kondisi ini bukan berarti jantung berhenti bekerja sepenuhnya, melainkan jantung tidak mampu memompa darah secara optimal untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akibatnya, organ-organ seperti otak, ginjal, dan paru-paru tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan.
Gagal jantung bisa terjadi secara bertahap dan sering kali berawal dari masalah kesehatan lain yang tidak ditangani dengan baik, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, atau kelainan katup jantung. Kondisi ini umumnya menyerang orang dewasa dan lansia, tapi gaya hidup modern membuat kasusnya juga bisa muncul pada usia yang lebih muda.
Apa Itu Gagal Jantung
Secara medis, gagal jantung adalah kondisi kronis ketika otot jantung melemah dan tidak dapat memompa darah dengan efisien. Dalam tubuh yang sehat, jantung bekerja seperti pompa yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh tanpa henti. Namun pada gagal jantung, kemampuan pompa ini menurun karena otot jantung menebal, melebar, atau menjadi kaku.
Ada dua jenis utama gagal jantung yang perlu diketahui. Pertama, gagal jantung sisi kiri, di mana ventrikel kiri tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik. Kedua, gagal jantung sisi kanan, di mana ventrikel kanan tidak dapat memompa darah menuju paru-paru dengan cukup kuat. Dalam banyak kasus, kedua sisi jantung bisa terkena sekaligus.
Baca Juga: Penyakit Campak yang Masih Jadi Ancaman Kesehatan
Penyebab Gagal Jantung
Penyebab gagal jantung sangat beragam, dan sering kali merupakan gabungan dari beberapa faktor. Penyakit jantung koroner menjadi penyebab paling umum. Plak kolesterol yang menumpuk di arteri jantung dapat menghambat aliran darah dan melemahkan otot jantung.
Tekanan darah tinggi juga menjadi penyebab utama gagal jantung. Ketika tekanan darah terlalu tinggi dalam jangka panjang, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Lama-kelamaan, otot jantung menebal dan kehilangan elastisitasnya, membuatnya sulit berfungsi normal.
Selain itu, gangguan irama jantung seperti aritmia, penyakit katup jantung, dan infeksi pada otot jantung (miokarditis) juga bisa menyebabkan kondisi ini. Bahkan gaya hidup tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, dan kurang olahraga turut memperburuk risiko gagal jantung.
Gejala Gagal Jantung
Gejala gagal jantung bisa berbeda pada setiap orang tergantung tingkat keparahan dan sisi jantung yang terpengaruh. Namun, ada beberapa tanda umum yang sering muncul dan perlu diwaspadai.
Sesak Napas
Salah satu gejala paling khas dari gagal jantung adalah sesak napas, terutama saat beraktivitas atau berbaring. Kondisi ini terjadi karena cairan menumpuk di paru-paru akibat jantung tidak mampu memompa darah dengan baik.
Kelelahan dan Lemah
Penderita gagal jantung sering merasa cepat lelah meskipun hanya melakukan aktivitas ringan. Ini karena aliran darah ke otot dan jaringan tubuh berkurang sehingga energi yang dihasilkan tidak cukup.
Pembengkakan di Kaki dan Perut
Cairan yang menumpuk akibat kerja jantung yang tidak efisien juga bisa menyebabkan pembengkakan di pergelangan kaki, betis, dan perut. Gejala ini disebut edema dan biasanya memburuk di sore hari.
Denyut Jantung Tidak Teratur
Beberapa orang dengan gagal jantung mengalami detak jantung cepat atau tidak teratur. Hal ini terjadi karena jantung berusaha mengompensasi kekurangan tenaga dengan berdetak lebih cepat dari normal.
Berat Badan Naik Mendadak
Penumpukan cairan di tubuh bisa menyebabkan kenaikan berat badan dalam waktu singkat. Jika berat badan naik tanpa alasan jelas dalam beberapa hari, bisa jadi itu tanda gagal jantung yang semakin parah.
Baca Juga: Penyakit Kolesterol dan Pentingnya Menjaga Pola Hidup Sehat
Faktor Risiko Gagal Jantung
Tidak semua orang memiliki risiko yang sama terhadap gagal jantung. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang mengalaminya.
Usia menjadi salah satu faktor terbesar. Seiring bertambahnya umur, elastisitas pembuluh darah dan kekuatan otot jantung cenderung menurun. Jenis kelamin juga berpengaruh; pria lebih rentan mengalami gagal jantung di usia muda, sedangkan wanita biasanya mengalaminya setelah menopause.
Selain itu, riwayat keluarga dengan penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan konsumsi garam berlebihan juga memperbesar risiko. Kurangnya aktivitas fisik dan stres berkepanjangan turut menjadi pemicu.
Baca Juga: Mengenal Pentingnya Lemak Sehat
Diagnosis Gagal Jantung
Untuk memastikan seseorang mengalami gagal jantung, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Tahap pertama dimulai dengan wawancara mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien, diikuti pemeriksaan fisik seperti mendengarkan suara jantung dan paru-paru.
Tes darah digunakan untuk memeriksa kadar natriuretic peptide, yaitu zat yang dilepaskan ketika jantung bekerja terlalu keras. Selain itu, pemeriksaan pencitraan seperti rontgen dada, echocardiogram, dan MRI jantung membantu melihat ukuran, bentuk, dan kekuatan jantung.
Tes elektrokardiogram (EKG) juga sering dilakukan untuk mendeteksi gangguan irama jantung yang bisa menyebabkan atau memperburuk gagal jantung. Dengan diagnosis yang tepat, dokter bisa menentukan jenis dan tingkat keparahan penyakit ini agar pengobatannya lebih efektif.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Nanas Sehat
Pengobatan Gagal Jantung
Meski gagal jantung tergolong penyakit kronis, pengobatan yang tepat bisa membantu memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Obat-Obatan
Pengobatan gagal jantung umumnya dimulai dengan penggunaan obat-obatan. Diuretik digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan di tubuh sehingga pasien merasa lebih lega dari sesak napas dan bengkak. Obat ACE inhibitor dan ARB membantu melemaskan pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi beban kerja jantung.
Selain itu, dokter juga bisa meresepkan beta blocker untuk memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan gagal jantung, tapi bisa membantu mengendalikan gejala dan memperpanjang harapan hidup.
Alat Medis dan Tindakan Operasi
Untuk kasus gagal jantung yang lebih berat, dokter bisa menyarankan pemasangan alat pacu jantung atau defibrillator implan (ICD) untuk mengatur ritme detak jantung. Pada beberapa kasus, operasi bypass jantung atau penggantian katup jantung dilakukan untuk memperbaiki aliran darah.
Jika kondisi jantung sudah terlalu lemah dan tidak bisa diperbaiki lagi, transplantasi jantung menjadi pilihan terakhir. Meski risikonya tinggi, prosedur ini bisa memberikan kesempatan hidup lebih lama bagi penderita gagal jantung stadium akhir.
Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Gagal Jantung
Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup berperan besar dalam mencegah dan mengendalikan gagal jantung. Salah satu langkah utama adalah menjaga pola makan rendah garam untuk mencegah penumpukan cairan. Perbanyak konsumsi sayuran, buah, ikan, dan makanan tinggi serat agar jantung tetap sehat.
Olahraga teratur juga penting, tapi harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh. Aktivitas ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang bisa membantu memperkuat jantung tanpa memberi beban berlebih.
Hindari merokok dan konsumsi alkohol karena keduanya dapat memperparah kerusakan otot jantung. Kelola stres dengan baik melalui meditasi, pernapasan dalam, atau kegiatan yang menenangkan pikiran.
Rutin memeriksakan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah juga penting agar tanda-tanda awal gagal jantung bisa terdeteksi lebih cepat. Dengan menjaga keseimbangan hidup yang sehat, risiko penyakit ini bisa ditekan secara signifikan