Mengenal Angina, Nyeri Dada yang Perlu Diwaspadai

Kalau kamu pernah merasakan nyeri di dada yang terasa seperti ditekan atau diremas, bisa jadi itu adalah angina. Banyak orang mengira nyeri dada selalu berarti serangan jantung, padahal angina sebenarnya merupakan tanda bahwa jantung tidak mendapatkan cukup aliran darah dan oksigen. Kondisi ini bukan penyakit tunggal, tapi gejala dari gangguan aliran darah di pembuluh koroner jantung.
Apa Itu Angina
Secara sederhana, angina adalah rasa nyeri atau ketidaknyamanan di dada yang muncul karena otot jantung kekurangan pasokan oksigen. Biasanya, hal ini terjadi saat seseorang beraktivitas berat, merasa stres, atau setelah makan terlalu banyak. Dalam kondisi tersebut, jantung bekerja lebih keras, dan kalau pembuluh darahnya menyempit, suplai oksigen jadi tidak cukup.
Rasa nyeri akibat angina sering digambarkan seperti tekanan berat di dada, kadang menjalar ke bahu, leher, punggung, rahang, atau lengan kiri. Durasi nyerinya biasanya hanya beberapa menit dan akan hilang ketika tubuh beristirahat atau setelah minum obat nitrogliserin yang membantu melebarkan pembuluh darah.
Jenis-Jenis Angina
Tidak semua angina terasa sama. Ada beberapa jenis angina dengan penyebab dan karakteristik yang berbeda. Mengenali perbedaannya penting agar kamu tahu kapan harus segera mencari pertolongan medis.
Angina Stabil
Ini adalah jenis angina yang paling umum. Rasa nyeri muncul dengan pola yang bisa diprediksi, biasanya ketika kamu berolahraga atau melakukan aktivitas berat. Setelah beristirahat, nyerinya akan hilang. Angina stabil disebabkan oleh penyempitan arteri koroner akibat penumpukan plak lemak, sehingga aliran darah ke jantung menjadi terbatas.
Angina Tidak Stabil
Jenis ini jauh lebih berbahaya karena nyerinya bisa muncul tiba-tiba bahkan saat sedang beristirahat. Angina tidak stabil sering kali menjadi tanda awal serangan jantung. Kondisi ini terjadi karena pembuluh darah jantung mengalami penyumbatan mendadak akibat pecahnya plak atau pembekuan darah.
Angina Varian (Prinzmetal)
Jenis angina ini cukup langka. Penyebabnya bukan karena plak, melainkan kejang otot pada arteri koroner. Kejang ini membuat pembuluh darah menyempit sementara dan menghambat aliran darah ke jantung. Biasanya, nyeri muncul pada malam hari atau dini hari dan bisa sangat intens.
Baca Juga: Penyakit Campak yang Masih Jadi Ancaman Kesehatan
Penyebab dan Faktor Risiko Angina
Penyebab utama angina adalah berkurangnya aliran darah ke otot jantung akibat penyempitan pembuluh arteri koroner. Penyempitan ini biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu penumpukan lemak dan kolesterol di dinding pembuluh darah. Tapi selain itu, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena angina.
Faktor pertama adalah gaya hidup yang tidak sehat. Merokok, jarang olahraga, pola makan tinggi lemak, serta stres berlebihan bisa mempercepat kerusakan pembuluh darah. Orang dengan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes juga memiliki risiko lebih besar mengalami angina.
Selain itu, usia dan riwayat keluarga juga berpengaruh. Pria di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun lebih rentan terkena gangguan jantung, terutama jika memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner. Obesitas dan konsumsi alkohol berlebihan juga bisa memperparah kondisi pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan angina.
Baca Juga: Penyakit Kolesterol dan Pentingnya Menjaga Pola Hidup Sehat
Gejala Angina yang Perlu Dikenali
Gejala angina bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada jenis dan penyebabnya. Namun, ada beberapa tanda umum yang sering muncul.
Nyeri atau Tekanan di Dada
Gejala paling khas dari angina adalah rasa nyeri, tertekan, atau terbakar di bagian tengah dada. Beberapa orang menggambarkannya seperti dada diremas atau terasa berat. Rasa nyeri ini biasanya berlangsung beberapa menit dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain seperti bahu, rahang, atau lengan kiri.
Sesak Napas dan Keringat Dingin
Selain nyeri dada, angina juga bisa disertai sesak napas, keringat dingin, dan rasa lemas. Saat jantung tidak mendapatkan cukup oksigen, tubuh akan bereaksi dengan mempercepat detak jantung untuk menyeimbangkan pasokan darah, sehingga kamu bisa merasa cepat lelah.
Mual dan Pusing
Pada beberapa orang, terutama wanita dan lansia, gejala angina bisa terasa berbeda. Mereka mungkin tidak merasakan nyeri dada yang kuat, tapi justru mengalami mual, pusing, atau rasa tidak nyaman di perut bagian atas.
Gejala angina biasanya muncul saat tubuh melakukan aktivitas berat, setelah makan besar, atau saat stres. Tapi jika nyerinya terjadi bahkan saat sedang santai, bisa jadi itu adalah angina tidak stabil yang memerlukan penanganan segera.
Baca Juga: Penyakit Jantung dan Pentingnya Menjaga Kesehatan
Pemeriksaan dan Diagnosis Angina
Kalau kamu sering merasakan nyeri dada, sebaiknya segera periksa ke dokter. Untuk memastikan apakah itu angina, dokter akan melakukan beberapa tes.
Pemeriksaan awal biasanya berupa elektrokardiogram (EKG) untuk melihat aktivitas listrik jantung dan mendeteksi apakah ada gangguan aliran darah. Dokter juga bisa melakukan tes treadmill (uji stres jantung) untuk memantau bagaimana jantung bekerja saat beraktivitas fisik.
Tes darah juga dilakukan untuk melihat kadar kolesterol, gula darah, dan enzim jantung. Selain itu, pemeriksaan pencitraan seperti echocardiogram, CT scan, atau angiografi koroner digunakan untuk melihat kondisi pembuluh darah jantung secara lebih detail. Semua pemeriksaan ini membantu dokter menentukan apakah nyeri yang kamu rasakan benar disebabkan oleh angina atau kondisi lain.
Baca Juga: Mengenal Pentingnya Olahraga Sehat
Pengobatan Angina
Tujuan utama pengobatan angina adalah mengurangi gejala, memperbaiki aliran darah ke jantung, dan mencegah komplikasi serius seperti serangan jantung.
Obat-Obatan
Beberapa obat bisa membantu mengendalikan gejala angina. Nitrogliserin misalnya, bekerja dengan melebarkan pembuluh darah agar aliran darah ke jantung meningkat dan nyeri berkurang. Beta blocker dan calcium channel blocker membantu menurunkan tekanan darah serta mengurangi beban kerja jantung.
Obat pengencer darah seperti aspirin juga sering diresepkan untuk mencegah pembekuan darah. Pada beberapa pasien, dokter mungkin menambahkan obat penurun kolesterol untuk mencegah penumpukan plak lebih lanjut di arteri.
Prosedur Medis
Kalau obat tidak cukup membantu, dokter bisa menyarankan tindakan medis seperti angioplasti. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil ke pembuluh darah yang tersumbat untuk membukanya kembali. Kadang dipasang juga stent, yaitu cincin kecil dari logam yang menjaga arteri tetap terbuka.
Untuk kasus angina yang lebih berat, operasi bypass jantung mungkin diperlukan. Prosedur ini membuat jalur baru bagi darah agar bisa mengalir melewati pembuluh yang tersumbat.
Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Angina
Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup memegang peran penting dalam mencegah dan mengendalikan angina. Langkah paling utama tentu berhenti merokok, karena zat dalam rokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan memperburuk penyempitan arteri.
Olahraga teratur juga membantu menjaga kesehatan jantung dan meningkatkan sirkulasi darah. Tidak perlu olahraga berat, cukup jalan kaki, berenang, atau bersepeda ringan selama 30 menit setiap hari. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai rutinitas olahraga jika kamu punya riwayat angina.
Pola makan juga berpengaruh besar. Kurangi konsumsi makanan berlemak jenuh, gorengan, dan daging olahan. Sebaliknya, perbanyak makan buah, sayur, ikan, dan biji-bijian. Hindari stres berlebihan dengan relaksasi atau meditasi, karena stres bisa memicu tekanan darah naik dan memperburuk gejala angina.
Menjaga berat badan ideal dan rutin memeriksakan tekanan darah serta kadar kolesterol juga penting. Dengan mengelola gaya hidup secara sehat, kamu bisa menurunkan risiko angina dan menjaga jantung tetap kuat untuk jangka panjang