Mata Juling, Kondisi yang Sering Disepelekan tapi Bisa Diatasi dengan Tepat
Apa Itu Mata Juling
Kamu mungkin pernah mendengar istilah mata juling atau dalam dunia medis disebut strabismus. Kondisi ini terjadi ketika posisi kedua mata tidak sejajar dan tidak mengarah ke titik fokus yang sama. Jadi, saat satu mata melihat lurus ke depan, mata yang lain bisa mengarah ke dalam, keluar, ke atas, atau ke bawah. Akibatnya, koordinasi penglihatan antara kedua mata terganggu dan bisa menyebabkan pandangan ganda atau penglihatan kabur.
Meskipun sering dianggap hanya masalah estetika, mata juling sebenarnya adalah gangguan yang berkaitan dengan otot penggerak bola mata. Otot ini bekerja secara terkoordinasi untuk mengarahkan kedua mata ke arah yang sama. Saat salah satu otot melemah atau tidak bekerja seimbang, terjadilah pergeseran posisi mata. Kondisi ini bisa terjadi sejak lahir atau berkembang seiring pertumbuhan anak.
Penyebab Mata Juling
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan mata juling. Salah satunya adalah gangguan pada otot atau saraf yang mengontrol pergerakan mata. Beberapa anak memang terlahir dengan kondisi otot mata yang tidak seimbang. Namun, mata juling juga bisa muncul akibat kondisi lain seperti rabun jauh, rabun dekat, atau astigmatisme yang tidak ditangani dengan baik.
Pada sebagian kasus, mata juling disebabkan oleh masalah pada otak, terutama di area yang mengatur koordinasi gerakan mata. Cedera kepala, stroke, atau infeksi otak juga bisa menjadi penyebab pada orang dewasa. Selain itu, faktor genetik juga punya peran. Jika salah satu anggota keluarga memiliki riwayat strabismus, kemungkinan besar anaknya juga berisiko mengalami hal yang sama.
Kelelahan mata akibat terlalu lama menatap layar gadget tanpa istirahat juga bisa memperparah kondisi mata juling sementara. Meskipun tidak selalu berbahaya, tetap penting untuk memeriksakan kondisi mata jika posisi bola mata tampak tidak sejajar.
Baca Juga: Rahasia Hidup Sehat Dimulai dari Makanan Bergizi
Jenis-Jenis Mata Juling
Secara umum, mata juling dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan arah penyimpangan matanya. Ada esotropia, yaitu kondisi di mana salah satu mata mengarah ke dalam. Lalu ada eksotropia, ketika salah satu mata mengarah keluar. Selain itu, ada juga hipertropia (mata mengarah ke atas) dan hipotropia (mata mengarah ke bawah).
Jenis mata juling yang paling sering ditemui pada anak-anak adalah esotropia. Biasanya terlihat sejak bayi atau masa awal kanak-kanak. Sementara eksotropia lebih sering muncul pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, dan kadang hanya muncul saat seseorang sedang lelah atau kehilangan fokus.
Ada juga kondisi yang disebut mata juling intermiten, di mana mata hanya tampak juling pada waktu tertentu, misalnya saat seseorang lelah atau sedang melamun. Sedangkan pada mata juling permanen, posisi mata tetap tidak sejajar bahkan saat fokus.
Baca Juga: Mengenal Obesitas dan Dampaknya bagi Kesehatan Tubuh
Gejala dan Tanda-Tanda yang Perlu Diperhatikan
Gejala paling jelas dari mata juling tentu saja posisi mata yang tidak sejajar. Namun, pada beberapa kasus ringan, gejalanya tidak langsung terlihat. Anak bisa mengalami kesulitan fokus, sering memiringkan kepala saat melihat sesuatu, atau mengeluh penglihatan ganda.
Pada anak-anak, mata juling sering disertai kondisi ambliopia atau “mata malas”, yaitu ketika otak mulai mengabaikan sinyal dari mata yang tidak sejajar. Akibatnya, penglihatan di salah satu mata menjadi lebih lemah. Bila tidak ditangani sejak dini, hal ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan permanen.
Pada orang dewasa, mata juling bisa menyebabkan sakit kepala, mata cepat lelah, dan penglihatan ganda. Kondisi ini juga bisa menurunkan kepercayaan diri karena tampilan mata yang tidak sejajar terlihat jelas saat berbicara dengan orang lain.
Baca Juga: Mengenal Endometriosis dan Dampaknya pada Kesehatan Wanita
Pemeriksaan dan Diagnosis Mata Juling
Untuk memastikan seseorang mengalami mata juling, dokter mata biasanya akan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Pemeriksaan ini mencakup tes ketajaman penglihatan, tes gerakan bola mata, serta pemeriksaan posisi mata dengan bantuan cahaya.
Pada anak kecil, dokter mungkin menggunakan metode sederhana seperti “cover test” untuk melihat pergerakan mata ketika satu mata ditutup dan dibuka kembali. Pemeriksaan ini membantu menentukan jenis dan tingkat keparahan mata juling.
Jika dicurigai ada gangguan pada saraf atau otak, dokter bisa menyarankan pemeriksaan lanjutan seperti CT scan atau MRI. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan apakah mata juling disebabkan oleh gangguan struktural di sistem saraf atau hanya karena ketidakseimbangan otot.
Baca Juga: Penyakit Campak yang Masih Jadi Ancaman Kesehatan
Pengobatan Mata Juling
Kabar baiknya, mata juling bisa diobati dengan berbagai cara tergantung penyebab dan tingkat keparahannya. Untuk anak-anak, dokter biasanya akan memulai dengan penggunaan kacamata koreksi jika terdapat gangguan refraksi seperti rabun dekat atau rabun jauh.
Selain itu, terapi mata atau latihan penguatan otot mata juga sering direkomendasikan. Latihan ini membantu kedua mata bekerja sama kembali dan memperbaiki koordinasi penglihatan. Pada kasus mata juling dengan ambliopia, dokter mungkin menyarankan terapi penutup mata (eye patch therapy) pada mata yang normal agar mata yang lemah terpaksa bekerja lebih keras.
Jika terapi tidak cukup efektif, langkah terakhir yang bisa dilakukan adalah operasi otot mata. Prosedur ini bertujuan menyesuaikan panjang dan kekuatan otot mata agar kedua mata kembali sejajar. Proses operasi biasanya cepat dan hasilnya cukup memuaskan, terutama bila dilakukan pada usia muda.
Dampak Psikologis dan Sosial
Selain memengaruhi penglihatan, mata juling juga berdampak besar pada kepercayaan diri seseorang. Banyak orang yang merasa minder atau enggan berinteraksi karena khawatir pandangan mata mereka dianggap aneh oleh orang lain. Kondisi ini terutama berdampak pada anak-anak yang sedang berada di usia sekolah dan beradaptasi dengan lingkungan sosial.
Dengan penanganan yang tepat, mata juling bukan hanya bisa diperbaiki secara fisik, tapi juga membantu mengembalikan kepercayaan diri. Orang tua berperan penting dalam memberikan dukungan dan memastikan anak mendapatkan pemeriksaan dini. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang mata kembali sejajar dan berfungsi normal.
Pencegahan dan Kebiasaan Baik untuk Kesehatan Mata
Tidak semua kasus mata juling bisa dicegah, terutama yang disebabkan oleh faktor genetik. Namun, menjaga kesehatan mata tetap penting. Pastikan anak mendapatkan pemeriksaan mata secara rutin sejak usia dini, terutama jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat strabismus.
Mengurangi waktu menatap layar gadget juga bisa membantu mencegah gangguan penglihatan yang bisa memperburuk mata juling. Pastikan pencahayaan ruangan cukup saat membaca atau menonton, serta biasakan anak beristirahat setelah belajar dalam waktu lama.
Selain itu, konsumsi makanan yang kaya vitamin A, lutein, dan omega-3 juga baik untuk menjaga fungsi mata. Nutrisi ini bisa ditemukan dalam wortel, ikan salmon, bayam, dan telur. Dengan gaya hidup sehat, mata bisa tetap kuat dan fokus bekerja secara seimbang